Minggu, 16 Januari 2011

GHASUKU NASIONAL IKO KYOKUSHINKAIKAN (ALL JAPAN KYOKUSHIN UNION)

Ghasuku Nasional IKO Kyokushinkaikan Indonesia ( All Japan Union Kyokushin) tahun ini insya allah akan di adakan tanggal 22-23 Januari 2011 di Penginapan Yayasan Putra Bahagia, Jl Jeprah Rt 03/02 Cimacan, Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
Osu,

Sabtu, 15 Januari 2011

Perjalanan serta sejarah singkat Kyokushin Union dan Shihan Ms Dadang Ub

Lahir pada tanggal 9 Agustus 1956 di Kota Intan Garut Jawa Barat, dari  pasangan Ayah Bachrudin (Almmarhum) seorang anggota militer pada kesatuan RPK-AD (Sekarang Kopassus) dengan Ibu Umayah (Almarhumah). Dilahirkan sebagai anak ke tiga dari sembilan bersaudara.Tumbuh dan berkembang dalam lingkungan  Komplek Militer, sejak setelah dilahirkan tinggal di Komplek Militer di Batujajar Bandung, dan pada tahun 1958 pindah ke Komplek RPK-AD  Cijantung Jakarta Timur mengikuti orang tua, sehingga sangat kental dan terbiasa dengan suasana yang penuh disiplin.
Menikah pada tahun 1981 dengan Tia Hertiawati, gadis Jakarta yang dikenalnya sejak duduk di bangku SMP. Dikaruniai empat orang anak, dua putra dan dua putri, 1. Lucky MFZ, 2. Oky MFZ, 3. S.Sarah Fariha, 4. S.Soraya Fauzia
Sejak kecil sudah gemar ber-olahraga dan seni, terutama seni beladiri. Saat itu beladiri yang dipelajari adalah Silat Tradisional. Latihan dilakukan pada malam hari dengan jadwal tiga kali dalam seminggu. Guru yang memberikan latihan berasal dari Jawa Tengah yang sudah lama tinggal di Jakarta bernama Pak Bewok (Almarhum) seorang PNS di Kesatuan RPK-AD Cijantung.
Pada tahun 1967 mulai mengenal beladiri Karate dari orang tua. Setelah mendapat pelajaran dasar-dasar Karate, mulai tertarik untuk mendalami beladiri tangan kosong ini, terlebih setelah mempelajari Karate aliran Kyokushin dari buku Mas Oyama pendiri Karate aliran Kyokushin, akhirnya  pada tahun 1969 secara resmi mengikuti latihan Karate aliran Shotokan.
Kakak seperguruan/Senpai Boy Crayn (Alm) dan Senpai Yohannes Souisa membuat termotivasi untuk terus berlatih, juga Sensei Baud (Alm) yang pertama kali membawa Karate ke Indonesia, Sensei Anton Lesiangi, Sensei Sabet Mukhsin, adalah merupakan figure/tokoh Karate yang menjadi idola.
Hari-hari latihan nyaris tidak pernah terlewatkan, tidak hanya di dojo, dirumahpun latihan selalu dilakukan, bahkan kerap mendatangi dojo lain untuk mengikuti latihan dengan tidak melihat perguruan atau aliran, semua dilakukan dengan serius, disiplin  dan semangat yang tinggi, itu tidak terlepas karena didikan orang tua yang selalu menekankan kepada Kejujuran, Disiplin, Hormat, Kerjakeras, Pantang menyerah,Bertanggung jawab, serta selalu  ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Setelah beberapa tahun latihan, untuk pertama kalinya membuka dojo di wilayah Pulo Mas Jakarta Timur pada tahun 1972, dan membantu melatih di salah satu Dojo di Rawamangun Jakarta Timur, namun itu tidak lama. Sejak tahun 1972 kegiatanpun semakin padat dengan menjadi Tim Sepak Bola Patra Yunior (Club Pertamina), Bola Volly dan Balap Motor. Ditengah-tengah padatnya kegiatan masih dapat menyisihkan waktu untuk berlatih silat dari seorang Guru Silat tradisional Betawi yang akrab dipanggil Kong Bewok (Almarhum). Pelatihan silat pun didapat dari Mang Eman (Paman) di Garut ketika saat libur sekolah.
Sekitar tahun 1976/1977 saat menjadi seorang Mahasiswa di Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Koordinator Bandung di Garut, Seorang sahabat Idrus Affandi (sekarang sudah menjadi seorang Profesor di Bandung) pelatih perguruan Karate BKC dari Garut, menawarkan untuk mengikuti latihan dan membantu melatih di Garut karena kesibukannya kuliah di Bandung, yang kebetulan Assisten pelatihnya Jaki masih ada  hubungan keluarga . Tidak lama kegiatan berjalan, terpaksa harus meninggalkan Kota Garut untuk kembali ke Jakarta, Kohai (Adik seperguruan) Ade Robby ketika sama-sama mengikuti latihan di Cijantung, menawarkan untuk bergabung di perguruan Karate aliran Goju Ryu. Atas tawaran tersebut, maka dipertemukan dengan Pelatih Sensei Sucipto Hermawan dan Senpai M.Muslim sebagai Assistennya, akhirnya sejak tahun 1978 mulai aktif di perguruan Karate aliran Goju Ryu. Banyak pelajaran yang didapat dalam latihan yang memang sedikit banyak terdapat perbedaan dengan aliran Shotokan yang selama ini dipelajari.
Pada kesempatan yang tidak terlalu lama namun padat, mendapat pelatihan dari seorang pelatih aliran Goju-Ryu di Jepang Sensei Shibasaka yang kebetulan sedang mendapat tugas ke Indonesia dan tinggal di Jakarta, Sejak itu mulai mengembangkan Karate aliran Goju Ryu dan berhasil membuka beberapa dojo di daerah DKI Jakarta. Kegiatan melatih semakin padat, hampir setiap hari waktu terisi untuk melatih Karate. Semua itu dilakukan dengan sungguh-sunggug, tanggung jawab, ikhlas dan tanpa pamrih.
Arah kebijakan perguruan telah berubah, yang mana pada sekitar tahun 1981 bergabung dengan perguruan Karate aliran Kyokushin yang berpusat di Semarang dibawah pimpinan Sensei JB Sujoto. Penyesuaian tehnik dasar, Kata dan Kumite tanpa banyak kesulitan, karena teknik dasar Goju-Ryu tidak jauh berbeda dengan  Kyokushin, bahkan hampir seluruh Kata Kyokushin berasal dari Goju-Ryu dan Shotokan. Sejak itulah mulai memantapkan dan berkonsentrasi penuh pada Kyokushin.
Karate aliran Kyokushin pertama kali dibawa ke Indonesia dan dikembangkan oleh Shihan Nardi T Nirwanto sekitar tahun 1968. Namun sangat disayangkan sampai saat ini belum ada kesempatan untuk bertemu secara khusus, hanya ketika disaat mengikuti Kongres FORKI di Ciawi Bogor pada tahun 1996, itupun hanya beberapa saat. Semoga Tuhan akan mempertemukannya.
Tahun 1983, mengikuti latihan bersama yang dipimpin oleh Shihan Peter Chong (Ketua Kyokushin Asia ketika itu) yang dihadiri Sosai Mas Oyama di Cibubur, Jakarta Timur. Di tahun yang sama, beberapa Dojo telah berhasil dibuka di wilayah Bekasi dan Bandung. Kyokushin di Bekasi mendapat dukungan dan perhatian khusus dari Bapak Wawan Riswandi dan Bapak Drs Damanhuri Husein salah seorang pejabat Pemerintah Daerah di Kabupaten Bekasi, sehingga perkembangan Kyokushin di Kabupaten Bekasi begitu pesat.
Kepercayaan pun diberikan dari rekan-rekan perguruan Karate di Bekasi untuk memimpin FORKI Kabupaten Bekasi bersama Bapak Drs Damanhuri Husein. Seorang Pelatih dari perguruan INKAI Sempai Bambang Sadiman menjadi partner dalam melatih atlet-atlet FORKI Kabupaten Bekasi dan  beberapa pelatih lain, diantaranya, Senpai Syafri Kaliluddin, Senpai Franky Parengkuan, Senpai Yulius Sayuti, Senpai Marsudi . Beberapa atlet yang telah berhasil meraih prestasi dan menjadi atlet nasional diantaranya, Endah Jubaedah, Iin Hasanah, Neng Yulianti, Ribkah Angelia Tareja, Iwan Taher, Rizky Syahbana . Dan dari perjalanannya di FORKI Kabupaten Bekasi, menjadikannya sebagai pengurus FORKI Jawa Barat.
Tanggal 10 April 1991, diangkat menjadi Branch Chief untuk Indonesia oleh International Karate Organization Honbu Kyokushin Syogakukai Kyokushinkaikan, dengan sertifikat nomor 40606.
Tahun 1991, Mengikuti Kejuaraan Dunia ke 5 di Tokyo, Jepang, dan menyempatkan berkunjung ke Honbu (Markas Besar) di Ikebukuro.
Tahun 1992, Mengikutsertakan atlet dalam Kejuaraan Karate Full Contact Terbuka se Asia ke 5 di Colombo, Srilanka. Di tahun yang sama, mengikuti Kejuaraan Internasional Karate Singapore Terbuka, di Singapore.
Tahun 1994, Mengikuti Kejuaraan Karate Full Contact Terbuka se Asia ke 6 di Kathmandu, Nepal.
26 April 1994, Berduka, Sosai Masutatsu Oyama Pendiri Karate Kyokushin, Wafat. Setelah wafatnya Sosai Mas Oyama, International Karate Organization Kyokushinkaikan telah terpecah menjadi beberapa kubu, sehingga berdampak terhadap iklim pembinaan dan perkembangan Kyokushin di seluruh dunia.
Tahun 1994, mendapat penghargaan Pelatih Terbaik dari Pemerintah.
Tahun 1995, Mengikuti Kejuaraan Dunia Karate Terbuka ke 6 di Tokyo, Jepang.
Tahun 1999, bertepatan dengan HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan Hari Jadi Kabupaten Bekasi, mendapat penghargaan sebagai Pembina Olahraga Terbaik dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi, dan di tahun 2000 pada acara HAORNAS (Hari Olahraga Nasional) mendapat penghargaan sebagai Pelatih Terbaik.
Tahun 2001 adalah merupakan masa yang sulit, dimana dengan berat hati harus berpisah dalam organisasi dengan sahabat dan orang yang sangat dihormati dan dijadikan panutan, hal itu karena situasi dan kondisi yang menghendaki.
Hampir setiap malam merenung dan meminta kepada Tuhan YME untuk mendapatkan petunjuk dan bimbingan agar setiap langkah selalu di jalan-Nya. Setelah melalui berbagai pertimbangan, maka pada tanggal 9 Agustus 2001 didirikan International Karate Organization (IKO) Kyokushin-Kaikan Indonesia Rekan-rekan dari beberapa daerah memberikan dukungan dan perhatian atas berdirinya IKO Kyokushin-Kaikan Indonesia, diantaranya dari Jawa Tengah Bapak Drs Edianto Sudarmono, SE,MM,MBA, Bapak Agus Nurcahyo, SH (Alm), dari Jawa Barat Bapak Drs Damanhuri Husein, Senpai Yanto PH,S.Pd, Senpai Ir Priyanto M Joyosukarto, M.Eng, Senpai I Made Andri Wijaya, SE  dan masih banyak lagi yang lainnya, dari DKI Jakarta Senpai Dhani Iskandar, SE, Senpai Inin Pradara, Senpai Asep Suryana S, Senpai Yulius Palulungan, dari Kalimantan Selatan Sensei Marwan Sikumbang, kemudian Senpai Marudut Tampubolon, SH,MH, MM, Senpai Desmasa Wijaya (Aping), dari Kalimantan Timur Senpai Liangto, SH, dari Jawa Timur Sensei Fredy Yulianto (Alm), Senpai Agus Prihanto, Senpai Nyoto Sudibyo, dari NTB Senpai M Munzir MS. Untuk menyusun program kegiatan perguruan, maka dilaksanakan Rapat Nasional yang diikuti oleh perwakilan daerah dan dihadiri Ketua Dewan Penasehat, Bapak Irjen Pol (Pur) Prof DR Koesparmono Irsan, SH,SIK,MH,MA
Atas kerjasama para pelatih, pengurus, dan simpatisan untuk bekerja bersama-sama dalam mengemban dan mengembangkan perguruan, IKO Kyokushin-Kaikan Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup baik, walaupun didalam perjalanannya masih terdapat kekurangan – kekurangan, bahkan hambatan dan cobaan baik dari internal maupun eksternal.
Perpecahan ditubuh Kyokushin Internasional semakin terlihat, suratpun berdatangan dari Luar Negeri menawarkan/mengajak untuk bergabung, dan semua ditanggapi secara positif. Belum ada keputusan untuk bergabung kepada salah satu kubu. Setelah beberapa waktu yang cukup lama untuk mempelajari dan melihat perkembangan dunia internasional, maka memutuskan untuk mengadakan hubungan dengan All Japan Kyokushin Union, saat itu Direktur Jenderal Shihan Kazuyuki Hasegawa. Komunikasi pun terus berjalan.
April 2004, Atas dukungan dan bantuan baik moril maupun materil dari Bapak Drs. Edianto Sudarmono, SE, MM, dapat menghadiri undangan dari  International Karate Organization Kyokushin-Kaikan (IKOK) All Japan Kyokushin Union di Hongkong untuk mengikuti test menjadi anggota resmi All Japan Kyokushin Union dan teknik Karate Kyokushin untuk penyesuaian tingkatan yang dipimpin oleh Shihan Shigeru Tabata (Dirjen IKOK All Japan Kyokushin Union yang baru) dan Shihan Yashuhiro Shichinohe (Sekjen IKOK All Japan Kyokushin Union). Disamping mengikuti test, juga mendapat latihan teknik Karate secara khusus dan perwasitan.
Setelah mengikuti berbagai test, maka dinyatakan Lulus dengan hasil sangat memuaskan, dan resmi diangkat sebagai satu-satunya Ketua (Chairman) dan Perwakilan Negara (Country Representatif)  IKOK All Japan Kyokushin Union untuk Indonesia.
Ketika setelah kembali ke Tanah Air, seluruh pelatih/sabuk hitam diundang untuk mengikuti penyempurnaan teknik Karate Kyokushin selama tiga hari, yang kemudian kegiatan tersebut dijadikan kalender tetap tahunan perguruan yang disebut BBC (Black Belt Course).
Tahun 2007, Untuk pertama kalinya Direktur Jenderal IKOK All Japan Kyokushin Union Shihan Shigeru Tabata dan Sekretaris Jenderal, Shihan Yashuhiro Shichinohe datang ke Indonesia dalam rangka melihat secara dekat perkembangan Kyokushin Union di Indonesia. Selama di Indonesia para anggota sabuk hitam dari seluruh daerah mendapat latihan selama lima hari, dan dalam kesempatan itu pula sekitar 500 orang dari dojo-dojo yang berada di wilayah Jabodetabek mengikuti latihan di Cibubur
Januari 2008, Menguikuti Kejuaraan Dunia Karate Full Contact Terbuka di Okinawa Jepang. Atlet yang mewakili Kontingen Kyokushin Indonesia adalah, Ahmad Yani, Lucky MFZ, ST dan Rihen Ripelen. Indonesia masuk dalam 16 Besar Dunia atas nama Lucky MFZ, ST dari Bekasi, Jawa Barat.
Dalam kejuaraan dunia tersebut, mendapat tugas sebagai Dewan Pertimbangan yang terdiri dari 12 orang dari beberapa negara, sebelas diantaranya yaitu : Shihan Kazuyuki Hasegawa (Jepang), Shihan Daigo Oishi (Jepang), Shihan Yukio Okada (Jepang), Shihan Seiji Kanamura (USA), SWhihan Eddie Emin (Australia), Shihan Peter Von Rotz (Switzerland), Shihan Bas Van Stenis (South Africa), Shihan Jorge Buston (Panama), Roel Wildeboer (Netherland), Sensei Gheorghe Bradu (Romania), Sensei Soichi Tashiro (Hongkong). Hal ini adalah merupakan suatu kepercayaan dan penghargaan yang cukup besar dari IKOK All Japan Kyokushin Union.
Selama di Okinawa mendapat latihan teknik Karate Kyokushin  dari Shihan Daigo Oishi (Ketua Lembaga Kenaikan Tingkat) di Dojo Pusat, dan mengikuti test/ujian kenaikan tingkat DAN VII (Nana Dan), serta mengikuti seminar dengan para peserta dari perwakilan Kyokushin seluruh dunia yang dipimpin oleh Shihan Shigeru Tabata (Direktur Jenderal IKOK All Japan Kyokushin Union)



Sejarah singkat Kyokushin Karate

Kyokushin adalah aliran yang sangat terkenal baik di dalam maupun di luar Jepang, serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970-an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti "Kebenaran Tertinggi".

Kyokushin di Indonesia yang pertama kali didirikan oleh Shihan Nardi T. Nirwanto dengan nama Pembinaan Mental Karate Kyokushinkai Karate-Do Indonesia (PMKKKI) yang berpusat di Batu – Malang pada tahun 1967. Pada sekitar tahun 1972 berdiri organisasi Kala Hitam Kyokushinkaikan yang didirikan oleh Kancho Winta Karna dengan pusat di Medan. Selanjutnya pada tahun 1982 karena ketidak cocokan mengenai masalah organisasi dengan Shihan Nardi, berdiri Kyokushin Karate Indonesia yang dipimpin oleh Ketua Dewan Guru Shihan JB. Sujoto yang juga merupakan murid kepercayaan Shihan Nardi. Pusat perguruan Kyokushin Karate Indonesia berada di Semarang. Dan pada sekitar tahun 2001 sebagian anggota Kyokushin Karate Indonesia pimpinan Shihan JB. Sujoto juga mendirikan organisasi sendiri dengan nama IKO Kyokushinkaikan Karate-Do Indonesia yang di pimpin oleh Shihan MS. Dadang UB dengan pusat di Bekasi.

Namun demikian dari ke empat organisasi kyokushin yang ada, perbedaan dari semua itu hanyalah pada organisasinya saja, sedangkan kurikulum maupun materi latihannya serta isi keseluruhannya tetap sama dengan masih memakai standard Kyokushin Internasional.
Aliran ini menganut sistem full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo). Aliran ini juga menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah.

Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang. Dan adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.

Kyokushin didirikan oleh Sosai Matsutatsu Oyama yang dilahirkan pada tanggal 12 Juli 1923 di Qa Ryong Ri, Yong Chi Myo’n, Chul Na Do, Korea Selatan. Dilahirkan dengan nama Young Li (Hyung Ye), tetapi setelah berimigrasi ke Jepang memaksanya untuk memakai nama Jepang. Dia memilih nama Oyama yang berarti “Gunung Agung”.
Bertahan hidup sendiri pada usia semuda itu membuktikan lebih sulit dari yang dia kira. Terutama bagi pendatang Korea di Jepang. Selama mengikuti pendidikan dia mulai berlatih Tinju dan Judo. Suatu hari dia mendapat informasi mengenai Okinawa Karate. Dia tertarik dan mulai berlatih Karate di Dojo Universitas Takushoku Tokyo dibawah asuhan langsung Pelatih Gichin Funakoshi, yang sekarang dikenal dengan Shotokan Karate.

Perkembangan latihannya mengalami kemajuan yang sangat mengesankan. Pada usia 17 tahun mencapai sabuk Dan II dan pada usia 20 tahun mencapai sabuk Dan IV. Di satu sisi dia juga serius berlatih Judo, namun dalam perkembangannya tidaklah terlalu menggembirakan. Kemudian dia berhenti berlatih Judo setelah berlatih kurang lebih selama 4 tahun dan mencapai sabuk Dan IV.

Pada saat itu tahun 1943 Perang Dunia II tengah berlangsung dan dia kemudian memasuki Akademi Militer Butokukai Kekaisaran Jepang yang mempunyai spesialisasi dalam perang gerilya, spionase, dan ketrampilan ilmu beladiri individu. Belum sempat dia ditugaskan Perang Dunia II telah berakhir dengan kekalahan Jepang pada, ini merupakan penghinaan bagi dirinya sehingga dia harus keluar dari Akademi Militer dan menjadi pengangguran. Dalam masa ini kehidupannya menjadi kacau. Julukan “Trouble Maker” atau biang kerok dari setiap perkelahian di Tokyo melekat pada dirinya. Hingga dia harus sering keluar masuk tahanan. Dia pun menjadi incaran Polisi Militer Tentara Sekutu yang menduduki Jepang akibat sering terlibat perkelahian dengan tentara Sekutu (AS).

Pada saat itu dia melanjutkan latihan Karate dibawah asuhan Master So Nei Chu, seorang Korea yang tinggal di Jepang. Dimana Master So merupakan Ahli Goju Karate yang merupakan murid langsung dari Choyun Miyagi, pendiri Goju Karate. So Nei Chu memperbarui kondisi fisik dan jiwanya untuk dipersiapkan sebagai pemimpin Goju Karate di Jepang nantinya menggantikan Master Choyun Miyagi. Itulah mengapa Master So mendorong dia untuk menyepi, menempa kekuatan fisik, kemampuan teknik, dan jiwanya di pegunungan. Disertai oleh salah seorang murid Master So dia hidup menyepi dan terisolasi selama 6 bulan, tetapi murid tersebut tidak tahan dan diam-diam meninggalkannya. Hal itu malah membuatnya tambah giat berlatih sendiri untuk menjadi seorang Karateka terkuat di Jepang. Setelah 14 bulan Master So memberitahu bahwa dia tidak dapat lagi membantunya, sehingga memaksa Oyama turun gunung. Kemudian di tahun 1947 setelah turun gunung dia mencoba kemampuannya di Kejuaraan Seni Bela Diri Jepang Divisi Karate, dan dia memenangkannya.

Namun demikian dia merasakan kegalauan setelah kesepian selama 3 tahun, hingga akhirnya dia memutuskan untuk totalitas mengabdikan seluruh hidupnya pada Karate. Ini juga berangkat dari keprihatinannya melihat karate yang berkembang lebih mirip sebagi tarian. Untuk itu ia berobsesi ingin menjadikan Karate sebagai teknik seni beladiri murni. Dia kemudian memulai lagi meyepi di Pegunungan Kiyozumi di Chiba Prefecture (Distrik). Dia memilih tempat ini untuk meningkatkan semangatnya sebagaimana telah dilakukan oleh Master Zen, seorang Pendeta Budha dan tokoh Seni Beladiri. Dia berlatih 12 jam sehari setiap hari tanpa istirahat. Berdiri tegak di bawah hantaman air terjun pegunungan, memecahkan batu kali dengan tangannya, menggunakan pohon sebagai sasaran tinjunya, dan berlari melompati ranting-ranting pohon ratusan kali setiap hari. Setelah 18 bulan dia merasa cukup percaya diri dan dapat mengendalikan dirinya sepenuhnya dia memutuskan untuk kembali turun gunung.

Di tahun 1950 Sosai Oyama mulai menguji kekuatannya pada sapi di tempat penyembelihan sapi. Pada awalnya mengalami kegagalan sehingga menyebabkan sapi tersebut lepas dari ikatannya dan mengamuk memporak porandakan apa saja di tempat penyembelihan tersebut. Pemilik rumah penyembelihan tersebut tidak marah dan memaklumi kegagalan Masutatsu Oyama, karena dari awalnya ia tidak yakin Masutatsu Oyama bisa membunuh sapi dengan kepalan tangannya. Melihat kegagalan tersebut Masutatsu Oyama berlatih lagi dengan keras untuk meningkatkan kekuatannya, dan mencobanya lagi. Kali ini ia berhasil. Kemudian ia tercatat beberapa (52) kali malakukan demonstrasi bertarung dengan sapi. Beberapa di antaranya terbunuh dalam singkat dan beberapa di antaranya dipatahkan tanduknya. Namun demikian ia pernah cidera dan hampir terbunuh dalam demonstrasi di Mexico tahun 1957 pada usia 34 tahun yang mengakibatkannya harus dirawat dan istirahat selama 6 bulan untuk memulihkan kekuatannya kembali. Setelah apa yang dilakukan Masutatsu Oyama ini banyak mendapat kecaman dari kelompok penyayang binatang barulah ia menghentikannya.

Dalam Dojo Oyama Kumite memakai sistem full body contact, dimana diperbolehkan memukul dan menendang sekeras-kerasnya sampai lawan terjatuh atau KO. Dengan beberapa larangan antara lain memukul kepala, leher, selangkangan (kemauan) , menangkap atau memegang (lebih 3 detik) dan membanting tidak diperbolehkan, menendang kepala diperbolehkan. Ronde dalam Kumite tidak terbatas dan terus berlangsung sampai salah satu kalah atau terjatuh KO. Itulah mengapa angka droup outnya sangat tinggi sekali, mencapai 90 %.
Permulaan Kyokushin, Dojo Pusat seluruh dunia (Honbu) resmi dibuka pada bulan Juni 1964, dan resmi memakai nama “Kyokushin” yang berarti “Puncak kebenaran/ segala-galanya”. Kemudian Kyokushin menyebar ke lebih dari 120 negara dengan anggota terdaftar lebih dari 12 juta (1998), dan menjadikannya organisasi seni beladiri terbesar di dunia. Beberapa pemegang sabuk hitam terkenal antara lain Aktor Sean Connery (Dan I Kehormatan), Aktor Dolph Lundgren (Dan III, Juara Kelas Berat), Presiden Nelson Mandela (Dan VIII Kehormatan), dan yang terakhir Perdana Menteri Australia John Howard (Dan V Kehormatan). Namun sayang sekali pada tanggal 26 April 1994 Masutatsu Oyama wafat karena menderita Kanker Paru-paru walaupun bukan perokok. Ketika masih dalam perawatan sebelum meninggal dan dalam kegalauan Masutatsu Oyama menunjuk Shihan Akiyoshi Matsui (Dan VIII) sebagai penggantinya untuk memimpin Organisasi. Ternyata hal ini menimbulkan masalah baru karena berbagai kepentingan politik dan ekonomi, terutama bagi para senior Shihan Akiyoshi Matsui. Sehingga akhirnya Kyokushin melahirkan beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok saling mengklaim dirinyalah yang paling benar dan berhak mewarisi Kyokushin dari Sosai Masutatsu Oyama. Kelompok-kelompok tersebut diantaranya dipimpin oleh Shihan Yukio Nishida dan Shihan Keiji Senpei yang mendirikan International Karate Organization Kyokushinkaikan yang bermarkas di Sinjuku Tokyo, yang sekarang lebih dikenal dengan IKO 2. Dan yang terakhir Shihan Yoshikazu Matsushima dan Shihan Nobuhito Tezuka dari Jepang serta Shihan John Taylor dari Australia mendirikan International Karate Organization Kyokushinkaikan yang bermarkas di Chiba Jepang, atau yang lebih dikenal dengan IKO 3. Kelompok Shihan Akiyoshi Matsui sendiri selanjutnya lebih dikenal sebagai IKO 1 dan bermarkas di Honbu lama di Ikebukuro Tokyo. Sebelum itu pada tahun 1991 Hanshi Steve Arneil dari Inggris juga memisahkan diri dengan IKO 1 dan mendirikan International Federation Karate (IFK) yang berpusat di London Ingggris. Selain itu banyak dari murid Sosai Masutatsu Oyama yang akhirnya memisahkan diri dari induknya dan mengembangkan sendiri dengan tetap menjaga teknik asli Kyokushin dan mengembangkan teknik sendiri seperti Shigeru Oyama di Amerika Serikat yang mendirikan World Oyama Karate (WOK) pada tahun 1981, Hideyuki Ashihara pada tahun 1980 mendirikan Ashihara Karate International (AKI), Tadashi Nakamura pada tahun 1976 mendirikan World Seido Karate Organization (WSKO), Yoshiji Soeno pada tahun 1981 mendirikan World Karate Association Shidokan (WKAS)